Monday 24 September 2012

Sistem Reproduksi Pria


SISTEM REPRODUKSI
Pria
Struktur generatif pada pria
Sitem reproduksi pada pria mencangkup testis, duktus seminalis, vesika seminalis, kelenjar prostat dan bulbouretra, uretra dan penis. Bersama-sama struktur ini menghasilkan produk yang unik: sperma, cairan seminalis, dan androgen.
            Testis. Organ pria primer disebut testis. Struktur  kecil yang berbentuk oval ini tersokong dalam suatu pounch yang menyerupai kantong yang disebut skortum. didalam testis terdapat sejumlah lobus-lobus yang berdesakan, masing-masing mengandung tubulus seminiferus yang berbelit-belit. Sel-sel sertoli, ditemukan sepanjang tubulus, tempat di mana sperma tumbuh. tubulus ini juga mensekresi sebagaian besar cairan seminalis, atau semen, yang merupakan alat transportasi sperma. Sel-sel interstisiel testis merupakan sumber dari hormon tostesteron pria.
Tubulus seminiferus yang kecil bergabung menjadi satu untuk membentuk fleksus dari berbentuk duktus (delapan sampai sepuluh) bersatu menjadi satu, duktus berbelit yang lebih besar, yang disebut epididimis. Epididimis di lekatkan di korpus testis, dan pada ahirnya merupakan bagian dari sistem duktus melalui sperma dan semen meniggalkan tubuh. Dari tubulus seminiferus semen mengalir ke dalam epididimis, di mana sperma mengembangkan ekor seperti berudu dan disimpai sampai ejakulasi, sperma tersebut disemprotkan keluar oleh tubuh.
Duktus seminalis. Dari epididimis pada setiap gerakan mengalir ke atas melalui duktus seminalis. Duktus ini disebut duktus (vas) deferen, yang mempunyai panjang sekitar 18 inci dan membawa semen ke uretra. Pembuluh dan duktus testikuler, saraf, dan limfatik terbungkus didalam selaput fibrosa, medulla spermatic.
Kelenjar. Mengitari uretra, duktus yang meninggalkan kandung kemih, adalah kelenjar prostat.Tempat di belakang kelenjar prostat dan pada dasar dari kandung kemih terdapat dua buah kelenjar vesikula seminalis. Duktus dari kelenjar tersebut bersatu dengan duktus deferen untuk membantu duktus ejakulatorius. Dua buah duktus ejakulation kemudian masuk ke dalam uretra. Tempat di bawah kelenjar prostat terdapat dua buah kelenjar kecil yang disebut Cowper’s atau kelenjar bulbouretral. Kelenjar ini menambahkan sekresi ke dalam cairan seminal melalui duktus yang membuka kedalam uretra. Semen kemudia mengalir dari tubuh melalui uretra.
Genitalia eksterna. Genitalia eksterna adalah skrotum dan penis. Skrotum terbagi menjadi dua kantung oleh suatu septum. Masing-masing kantung mengandung testis, epididimis, dan bagian bawah medulla spermatic. Sekitar bulan ketujuh masa gestasi, testis turun kedalam skortum, di mana keduanya tinggal pada suhu yang lebih rendah dari suhu tubuh sepanjang kehidupan. Bila kedua testis tidak turun secara spontan, tindakan pembedahan mungkin penting dilakukan untuk mencegah infertilitas, karena sperma tidak dapat berkembang pada suhu tubuh.
Penis adalah organ yang berbentuk silindris tempat lewatnya uretra. Penis terdiri dari jaringan erektil spongiosa yang kaya akan pembuluh darah. Ketika dalam keadaan  relaksasi, penis tergantung lemas. Ketika terdapat rasangan mental dan fisik pada sistem saraf otonom, ruangan darah menjadi membengkak, menyebabkan kekakuan, pembesaran, dan ereksi. Glans penis mempunyai struktur pada bagian ujung distal ditutupi dengan kulit yang melipat dua kali untuk membentuk selubung yang disebut fireskin atau prefisium.

Produk generative pada pria
Sperma. Sel-sel germinitas, atau sperma, yang dibentuk dalam testis mempunyai penampilan seperti berudu mikroskopik. Setiap sperma mengandung tiga bagian: kepala yang padat (sel nukleus), leher dan protongan mediana (bagian tengah), dan ekor (flagelum) dengan ekor tersebut sperma menggerakan tubuhnya. Nukleus, atau kepala, dari sperma mengandung kromosom yang bertanggun jawab terhadap sifat yang diwariskan. Terdapat dua jenis sperma, androsperma dan ginosperma. Androsperma mengandung kromosom Y yang menghasilkan anak laki-laki. Androsperma lebih tahan suasana alkali disbanding suasana asam; hidup sekitar satu hari; memiliki kepala bulat kecil; dan lebih banyak dari ginosperma. Ginosperma mengandung kromosom X yang menghasilkan  anak perempuan. Ginosperma tahan 2 sampai 3 hari dalam keadaan asam dan lebih besar serta mempunyai kepala lebih oval dibandingkan androsperma.
Cairan seminal. Sekresi yang dikumpulkan dari testis. epididimis, vesikula seminalis, dan prostat serta kelenjar bulbouretra disebut cairan seminal atau semen.
Adrogen. Produk ketiga dari sistem reproduksi pria adalah sekelompok hormon yang secara kolektif disebut androgen. Satu yang besar disebut testoteron, berhubungan secara kimiawi dengan progesteron. Adrogen disekresi oleh sel-sel interstisial testis ke dalam aliran darah. Androgen penting untuk perkembangan reproduksi pria dan perkembangan sifat seks sekunder. Bersama dengan folikel stimulating hormon (FSH) oleh kelenjar pitutari, androgen mempertahankan pembentukkan sperma. Hormon tersebut menghambat kelenjar pitutari, merangsang pembentukan protein, dan menyebabkan retensi fosfat dan kalium. ketika diinjeksi pada wanita, androgen menetralkan laktasi dan mestruasi serta menurunkan aktivitas uterus.
Pada fetus, produksi androgen dirangsang oleh khorionik gonadotropik yang disekresi oleh plasenta. Setelah lahir testis tetap tidur sampai masa pubertas, ketika interstisial cells-stimulating hormon (ICSH) dari adeno-hipofisis hormon (ICSH) dari adeno-hipofisis merangsang mereka untuk menghasilkan androgen. ICSH serupa dengan lutenizing hormon pada wanita. Tampa cukup ICSH, sifat kelaki-lakian gagal untuk berkembang. Bila kastrasi (orkhidektomi) terjadi sebelum pubertas, terjadi artropi struktur organ reproduksi pria.

Funsi Generatif Pria
Koitus. koitus biologis dari sitem reproduksi pria adalah untuk membentuk dan mengirimkan gametosit ke lubang uterus wanita. Pengiriman tersebut diselesaikan melalui aksi persetubuhan, atau koitus, ketika penis yang ereksi disisipkan ke dalam vagina mengejakulasi semen.
Ejakulasi adalah penyemprotan semen dari dalam tubuh. Ejakulasi yang terjadi selama tidur secara tidak teratur (mimpi basah), selama hubungan seksual atau sebagai akibat masturbasi. Jumlah semen bervariasi 1 samapi 7 ml setiap ejakulasi.
Siklus respons seksual pria. Siklus respons seksual pada umumnya mengikuti pola standar pada pria. Siklus ini terdiri dari empat fase yang telah disebutkan sebelumnya.
1. Fase bergairah berkembang sebagai akibat rangsangan fisik atau mental. Penis berespons dari pusat yang lebih tinggi dalam otak dan dari refleks saraf dalam medulla spinalis. Vasokongesti spasium darah dari batang penis menyebabkan pembesaran dan ereksi. Ototo-otot lengan, kaki, dan rectum dapat berkontraksi. Mungkin kemerahan terlihat kemerahan pada tubuh secara menyeluruh disebut “seks flush”. Kecepatan pernafasaan dan denyut jantung dapat menjadi dua kali lipat, dan tekanan darah meningkat 67% di atas tingkat sebelumnya. Gangguan psikosensoris seperti suara keras yang tiba-tiba dan ketakutan dapat menggangu ereksi.
2. Tingkat tertinggi dari kekuatan seksual dipertahankan selama fase plateu, di mana beberapa pria belajar untuk memperpanjang fase tersebut.
3. fase orgasme berkembang secara inavoler dari suatu kontraksi berulang otot-otot dalam perineum, menyebabkan  kekuatan ejakulasi dari cairan seminal dalam tiga atau empat kali kontraksi, diikuti dengan kontraksi lemah, tak teratur.
4. Fase resolusi terjadi dalam dua tahapan: tahap awal, disebut periode refratori, ketika ukuran penis menurun 50%; dan tahap kedua, ketika penis kembali normal, ukuran yang tidak terangsang.
Setelah diawali dengan periode refratori, seluruh siklus mungkin dapat terulang kembali. Fase plateu mungkin diperpanjang atau dipercepat dengan disadari.

No comments:

Post a Comment