Wednesday 18 July 2012

Pengobatan Tradisional Untuk Hipertensi


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Smeltzer, 2001).
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penetalaksanaan farmakologis dan penatalaksaan non farmakologis. Pengobatan hipertensi juga dapat dilakukan dengan terapi herbal. Untuk tanaman herbal sendiri ada lima macam cita rasa dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit dan asin. Penyajian obat-obatan herbal khususnya dalam terapi hipertensi disuguhkan dengan beberapa cara, misalnya dengan dimakan langsung, disajikan dengan dibuat jus untuk diambil sarinya, diolah menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu sehari-hari (Wiryowidagdo, 2002).
Di Indonesia diperkirakan hidup sekitar 40.000 spesies tanaman, di mana 30.000 spesies tumbuh di kepulauan Indonesia dan 9.600 spesies tanaman tersebut merupakan tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dengan kurang lebih 300 spesies tanaman telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional oleh industry obat tradisional di Indonesia. Pengobatan dengan bahan alam merupakan salah satu solusi yang baik untuk menanggulangi masalah kesehatan. Dengan maraknya gerakan kembali kealam (back to nature), kecenderungan penggunaan bahan obat alam / herbal di dunia semakin meningkat. Gerakan tersebut dilatar belakangi perubahan lingkungan, pola hidup manusia, dan perkembangan pola penyakit. Slogan back to nature yang menunjukan minimnya efek negatif yang ditimbulkan dari penggunaan herbal dan juga ekonomis menarik minat masyarakat untuk kembali menggunakan obat-obatan dari bahan alami (Depkes, 2007).
Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri. Selain itu obat tradisional mudah didapatkan di pekarangan rumah dan harga ekonomis. Adapun beberapa kelemahan obat tradisional antara lain efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
Ketepatan itu menyangkut tepat dosis, cara dan waktu penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai dengan indikasi penggunaannya. Sebaliknya obat tradisional dapat berbahaya bagi kesehatan bila kurang tepat penggunaannya (baik cara, takaran, waktu maupun pemilihan bahan ramuan) atau memang sengaja disalahgunakan. Oleh karena itu diperlukan informasi yang lengkap tentang obat tradisional, untuk menghindari hal-hal yang merugikan bagi kesehatan.


B.     Rumusan masalah
Dari uraian di atas maka dirumuskan banyaknya obat tradisional yang tumbuh dan mudah didapat disekitar yang digunakan sebagai obat untuk penyakit akut maupun kronis, seperti penyakit hipertensi, dengan menggunakan bahan-bahan tertentu yang mudah diramu.

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001). Sedangkan menurut Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas normal. Faktor yang mempengaruhi hipertensi seperti : ras, usia, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam keluarga. Gangguan emosi, konsumsi alkohol yang berlebihan, rangsangan kopi yang berlebihan, merokok, faktor keturunan, dan penyakit ini banyak menyerang wanita dari para pria (Smeltzer & Bare, 2001)

B.     Pengobatan Tradisional
Penggunaan tanaman obat telah lama dikenal oleh masyarakat dengan latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda. Tidak dapat dipungkiri bahwa tanaman obat sudah sangat membantu didalam kesehatan baik sebelum ditemukan obat-obat modern sampai saat ini. Sudah lama masyarakat Indonesia memanfaatkan tanaman obat untuk meningkatkan kesehatan (promotif), memulihkan kesehatan (rehabilitative), dan pencegahan penyakit (preventif) serta penyembuhan (kuratif) (Wijayanti, 2012).
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (WHO, 2003).

C.    Kelebihan dan Kelemahan Obat Tradisional / Tanaman Obat
1.      Kelebihan Obat Tradisional
Dibandingkan obat-obat modern, memang OT/TO memiliki beberapa kelebihan, antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.  Efek samping OT relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat OT/TO akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuai dengan indikasi tertentu.
2.      Kelemahan Produk Obat Alam / Obat Tradisional
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
Menyadari akan hal ini maka pada upaya pengembangan OT ditempuh berbagai cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk OT yang telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka Akan tetapi untuk melaju sampai ke produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi berbagai kelemahan tersebut.
Efek farmakologis yang lemah dan lambat karena rendahnya kadar senyawa aktif dalam bahan obat alam serta kompleknya zat balast/senyawa banar yang umum terdapat pada tanaman. Hal ini bisa diupayakan dengan ekstrak terpurifikasi, yaitu suatu hasil ekstraksi selektif yang hanya menyari senyawa-senyawa yang berguna dan membatasi sekecil mungkin zat balast yang ikut tersari. Sedangkan standarisasi yang komplek karena terlalu banyaknya jenis komponen OT serta sebagian besar belum diketahui zat aktif masing-masing komponen secara pasti, jika memungkinkan digunakan produk ekstrak tunggal atau dibatasi jumlah komponennya tidak lebih dari 5 jenis TO, (Wijayanti, 2012).
Disamping itu juga perlu diketahui tentang asal-usul bahan, termasuk kelengkapan data pendukung bahan yang digunakan; seperti umur tanaman yang dipanen, waktu panen, kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman (cuaca, jenis tanah, curah hujan, ketinggian tempat dll.) yang dianggap dapat memberikan solusi dalam upaya standarisasi TO dan OT. Demikian juga dengan sifat bahan baku yang higroskopis dan mudah terkontaminasi mikroba, perlu penanganan pascapanen yang benar dan tepat (seperti cara pencucian, pengeringan, sortasi, pengubahan bentuk, pengepakan serta penyimpanan).
3.      Macam-macam pengobatan taradisonal untuk hipertensi
Menurut Wiryowidagdo, 2002 tanaman obat tradisional yang dapat digunakan untuk penyakit hipertensi yaitu:
1).   Bawang putih (Allimun sativum)
Khasiat bawang putih dalam mencegah berbagai penyakit sudah lama menjadi perhatian para ilmuwan. Selain sebagai antikanker, ternyata bawang putih juga mampu mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi).
2).   Seledri (Apium graveolens)
Seledri memiliki kandungan senyawa trepenoid dan flavonoid. Flavonoid memiliki aktivitas sebagai anti aterosklerosi, anti inflamatori, antioksidan dan antihipertensi.
3).   Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
Belimbing wuluh termasuk suku atau familia Oxalidaceae. Tumbuhan yang berasal dari Malaysia ini mudah ditemui di daerah dengan ketinggian hingga 500 meter di atas permukaan laut. Belimbing wuluh selain mudah ditemukan dan murah harganya juga dikenal sebagai salah satu bumbu sekaligus penyedap masakan, juga memiliki manfaat sebagai obat alami, terutama untuk menurunkan penyakit tekanan darah tinggi.
4).   Teh (Camellia sinensis)
Teh berfermentasi berat ini memiliki aroma dan rasa yang kuat. Dapat menghilangkan lemak dan membantu kerja pencernaan. Supaya khasiat tehnya tidak rusak seduh dengan suhu air Kurang lebih 90 derajat celcius.
5).   Wortel (Daucus carota)
Ambil 500 gr wortel cuci bersih kemudian potong-potong, beri sedikit air matang, lalu diblender. Saring, dan minum segera. Usahakan untuk rutin meminum air wortel ini 3 kali dalam sehari.
6).   Mengkudu (Morinda citrifolia)
Daun dan buah Morinda citrifoiia mengandung alkaloid, saponin, flavonoida dan antrakinon. Di samping itu daunnya juga mengandung polifenol. Telah dilakukan beberapa penelitian preklinik mengenai kandungan kimia, efek anti inflamasi, anti bakteri dan, efek terhadap kadar gula darah dan efek hipotensif. Penggunaan buah Mengkudu sebagai obat tekanan darah tinggi di masyarakat pada umumnya adalah dengan minum air perasan yang telah disaring dari dua buah Mengkudu masak dan diminum 2 kali sehari dengan takaran yang sama.
7).   Kumis kucing
Daun ini mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, polifenol. Manfaat dari kumis kucing ini sebagai diuretik, pelarut kalsium oksalat, anti bakteri. Penggunaan sebagai obat hipertensi adalah karena khasiat diuretik yang dimilikinya. Penggunaannya secara umum dengan merebus
8).   Buah papaya
Buah papaya merupakan buah-buahan yang serba guna dan mempunyai nilai gizi yang tinggi terutama kadar vit C dan vitamin A. setiap 100 gram mengandung 3,65 mg vit A dan 78 vit C. Selain itu buah papaya juga mengandung pectin dengan kadar yang tinggi dan juga bias dijadikan obat alternative bagi penyakit hipertensi.
9).   Mentimun (Cucumis sativus )
Mentimun merupakan sayuran yang mengandung banyak mineral yaitu potassium, magnesium, dan pospor. Mineral magnesium disini berperan untuk melancarkan aliran darah dan menenagkan saraf. pemanfaatan mentimun dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui air seni).  Menurut Wijayanti, S dkk  2012, buah papaya yang di olah menjadi teh akar papaya yang dapat dijadikan suatu perlindungan atau peningkatan penyembuhan bagi penyakit hipertensi.


BAB III
KESIMPULAN

Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri. Selain itu obat tradisional mudah didapatkan di pekarangan rumah dan harga ekonomis. Adapun beberapa kelemahan obat tradisional antara lain efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
Ketepatan itu menyangkut tepat dosis, cara dan waktu penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai dengan indikasi penggunaannya. Sebaliknya obat tradisional dapat berbahaya bagi kesehatan bila kurang tepat penggunaannya (baik cara, takaran, waktu maupun pemilihan bahan ramuan) atau memang sengaja disalahgunakan. Oleh karena itu diperlukan informasi yang lengkap tentang obat tradisional, untuk menghindari hal-hal yang merugikan bagi kesehatan.



DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. (2007). Lampiran Keputusan Mentri Kesehatan Nomor : 381/Menkes/ SK/III/2007 mengenai Kebijakan Obat Tradisional Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Smeltzer, C. S & Bare, G. B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Medah edisi 8. Jakarta. EGC
WHO, 2003, Traditional Medicine, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/,diakses Januari 2006.
Wijayanti, S., Syahri, R., Arif, W (2012). PKM “Teh Akar Papaya Sebagai Obat Alternatif Tradisional Hipertensi”.  PKM-GT. Universitas Bina Darma Pelembang.
Wiryowidagdo, S & Sitanggang, M. (2002). Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta: PT Argomedia Pustaka

No comments:

Post a Comment