BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih
dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Di
Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi
hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang
dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga
mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan
tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Saat
ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia (Smeltzer, 2001).
Penatalaksanaan
untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan
dua jenis yaitu penetalaksanaan farmakologis dan penatalaksaan non
farmakologis. Pengobatan hipertensi juga dapat dilakukan dengan terapi herbal.
Untuk tanaman herbal sendiri ada lima macam cita rasa dari tanaman obat yaitu
pedas, manis, asam, pahit dan asin. Penyajian obat-obatan herbal khususnya
dalam terapi hipertensi disuguhkan dengan beberapa cara, misalnya dengan
dimakan langsung, disajikan dengan dibuat jus untuk diambil sarinya, diolah
menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu sehari-hari (Wiryowidagdo,
2002).
Di
Indonesia diperkirakan hidup sekitar 40.000 spesies tanaman, di mana 30.000
spesies tumbuh di kepulauan Indonesia dan 9.600 spesies tanaman tersebut
merupakan tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dengan kurang lebih 300
spesies tanaman telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional oleh
industry obat tradisional di Indonesia. Pengobatan dengan bahan alam
merupakan salah satu solusi yang baik untuk menanggulangi masalah kesehatan.
Dengan maraknya gerakan kembali kealam (back
to nature), kecenderungan penggunaan bahan obat alam / herbal di dunia
semakin meningkat. Gerakan tersebut dilatar belakangi perubahan lingkungan, pola
hidup manusia, dan perkembangan pola penyakit. Slogan back to nature yang menunjukan minimnya efek negatif yang
ditimbulkan dari penggunaan herbal dan juga ekonomis menarik minat masyarakat
untuk kembali menggunakan obat-obatan dari bahan alami (Depkes, 2007).
Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri. Selain itu obat tradisional mudah didapatkan di pekarangan rumah dan harga ekonomis. Adapun beberapa kelemahan obat tradisional antara lain efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
Ketepatan itu menyangkut tepat dosis, cara dan waktu penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai dengan indikasi penggunaannya. Sebaliknya obat tradisional dapat berbahaya bagi kesehatan bila kurang tepat penggunaannya (baik cara, takaran, waktu maupun pemilihan bahan ramuan) atau memang sengaja disalahgunakan. Oleh karena itu diperlukan informasi yang lengkap tentang obat tradisional, untuk menghindari hal-hal yang merugikan bagi kesehatan.
Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri. Selain itu obat tradisional mudah didapatkan di pekarangan rumah dan harga ekonomis. Adapun beberapa kelemahan obat tradisional antara lain efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
Ketepatan itu menyangkut tepat dosis, cara dan waktu penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai dengan indikasi penggunaannya. Sebaliknya obat tradisional dapat berbahaya bagi kesehatan bila kurang tepat penggunaannya (baik cara, takaran, waktu maupun pemilihan bahan ramuan) atau memang sengaja disalahgunakan. Oleh karena itu diperlukan informasi yang lengkap tentang obat tradisional, untuk menghindari hal-hal yang merugikan bagi kesehatan.
B. Rumusan masalah
Dari
uraian di atas maka dirumuskan banyaknya obat tradisional yang tumbuh dan mudah
didapat disekitar yang digunakan sebagai obat untuk penyakit akut maupun
kronis, seperti penyakit hipertensi, dengan menggunakan bahan-bahan tertentu
yang mudah diramu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg (Smeltzer
& Bare, 2001). Sedangkan menurut Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa
hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada
tingkatan di atas normal. Faktor yang mempengaruhi
hipertensi seperti : ras, usia, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga. Gangguan emosi, konsumsi alkohol yang
berlebihan, rangsangan kopi yang berlebihan, merokok, faktor keturunan, dan
penyakit ini banyak menyerang wanita dari para pria (Smeltzer & Bare, 2001)
B. Pengobatan Tradisional
Penggunaan
tanaman obat telah lama dikenal oleh masyarakat dengan latar belakang sejarah
dan budaya yang berbeda. Tidak dapat dipungkiri bahwa tanaman obat sudah sangat
membantu didalam kesehatan baik sebelum ditemukan obat-obat modern sampai saat
ini. Sudah lama masyarakat Indonesia memanfaatkan tanaman obat untuk
meningkatkan kesehatan (promotif),
memulihkan kesehatan (rehabilitative),
dan pencegahan penyakit (preventif)
serta penyembuhan (kuratif) (Wijayanti,
2012).
WHO merekomendasi
penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis,
penyakit degeneratif dan
kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat
dari obat tradisional (WHO, 2003).
C.
Kelebihan dan Kelemahan Obat Tradisional / Tanaman
Obat
1.
Kelebihan Obat Tradisional
Dibandingkan obat-obat modern, memang OT/TO memiliki beberapa
kelebihan, antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan
dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman
memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk
penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.
Efek samping OT relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat
OT/TO akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu
dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuai dengan indikasi tertentu.
2.
Kelemahan Produk Obat Alam / Obat Tradisional
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki
beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat
tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan
formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya
yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta
volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis
mikroorganisme.
Menyadari
akan hal ini maka pada upaya pengembangan OT ditempuh berbagai cara dengan
pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk OT yang telah teruji
khasiat dan keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah serta
memenuhi indikasi medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka Akan
tetapi untuk melaju sampai ke produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap
(uji farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi
berbagai kelemahan tersebut.
Efek farmakologis yang lemah dan lambat karena rendahnya kadar
senyawa aktif dalam bahan obat alam serta kompleknya zat balast/senyawa banar
yang umum terdapat pada tanaman. Hal ini bisa diupayakan dengan ekstrak
terpurifikasi, yaitu suatu hasil ekstraksi selektif yang hanya menyari
senyawa-senyawa yang berguna dan membatasi sekecil mungkin zat balast yang ikut
tersari. Sedangkan standarisasi yang komplek karena terlalu banyaknya jenis
komponen OT serta sebagian besar belum diketahui zat aktif masing-masing
komponen secara pasti, jika memungkinkan digunakan produk ekstrak tunggal atau
dibatasi jumlah komponennya tidak lebih dari 5 jenis TO, (Wijayanti,
2012).
Disamping itu juga perlu diketahui tentang asal-usul bahan,
termasuk kelengkapan data pendukung bahan yang digunakan; seperti umur tanaman
yang dipanen, waktu panen, kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman (cuaca,
jenis tanah, curah hujan, ketinggian tempat dll.) yang dianggap dapat
memberikan solusi dalam upaya standarisasi TO dan OT. Demikian juga dengan
sifat bahan baku yang higroskopis dan mudah terkontaminasi mikroba, perlu
penanganan pascapanen yang benar dan tepat (seperti cara pencucian, pengeringan,
sortasi, pengubahan bentuk, pengepakan serta penyimpanan).
3.
Macam-macam
pengobatan taradisonal untuk hipertensi
Menurut
Wiryowidagdo, 2002 tanaman obat tradisional yang dapat digunakan untuk penyakit
hipertensi yaitu:
1). Bawang
putih (Allimun sativum)
Khasiat bawang
putih dalam mencegah berbagai penyakit sudah lama menjadi perhatian para
ilmuwan. Selain sebagai antikanker, ternyata bawang putih juga mampu mengatasi
tekanan darah tinggi (hipertensi).
2). Seledri
(Apium graveolens)
Seledri memiliki kandungan senyawa
trepenoid dan flavonoid. Flavonoid memiliki aktivitas sebagai anti
aterosklerosi, anti inflamatori, antioksidan dan antihipertensi.
3). Blimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi)
Belimbing wuluh
termasuk suku atau familia Oxalidaceae. Tumbuhan yang berasal dari Malaysia ini
mudah ditemui di daerah dengan ketinggian hingga 500 meter di atas permukaan
laut. Belimbing wuluh selain mudah
ditemukan dan murah harganya juga dikenal sebagai salah satu bumbu sekaligus
penyedap masakan, juga memiliki manfaat sebagai obat alami, terutama untuk
menurunkan penyakit tekanan darah tinggi.
4). Teh
(Camellia sinensis)
Teh
berfermentasi berat ini memiliki aroma dan rasa yang kuat. Dapat menghilangkan
lemak dan membantu kerja pencernaan. Supaya khasiat tehnya tidak rusak seduh
dengan suhu air Kurang lebih 90 derajat celcius.
5). Wortel
(Daucus carota)
Ambil 500 gr
wortel cuci bersih kemudian potong-potong, beri sedikit air matang, lalu
diblender. Saring, dan minum segera. Usahakan untuk rutin meminum air wortel
ini 3 kali dalam sehari.
6). Mengkudu
(Morinda citrifolia)
Daun dan buah Morinda
citrifoiia mengandung alkaloid, saponin, flavonoida dan antrakinon. Di samping
itu daunnya juga mengandung polifenol. Telah dilakukan beberapa penelitian
preklinik mengenai kandungan kimia, efek anti inflamasi, anti bakteri dan, efek
terhadap kadar gula darah dan efek hipotensif. Penggunaan buah Mengkudu sebagai
obat tekanan darah tinggi di masyarakat pada umumnya adalah dengan minum air
perasan yang telah disaring dari dua buah Mengkudu masak dan diminum 2 kali
sehari dengan takaran yang sama.
7). Kumis
kucing
Daun ini mengandung alkaloida,
saponin, flavonoida, polifenol. Manfaat dari kumis kucing ini sebagai diuretik,
pelarut kalsium oksalat, anti bakteri. Penggunaan sebagai obat hipertensi
adalah karena khasiat diuretik yang dimilikinya. Penggunaannya secara umum
dengan merebus
8). Buah
papaya
Buah papaya merupakan
buah-buahan yang serba guna dan mempunyai nilai gizi yang tinggi terutama kadar
vit C dan vitamin A. setiap 100 gram mengandung 3,65 mg vit A dan 78 vit C. Selain
itu buah papaya juga mengandung pectin dengan kadar yang tinggi dan juga bias
dijadikan obat alternative bagi penyakit hipertensi.
9). Mentimun
(Cucumis sativus )
Mentimun merupakan sayuran yang
mengandung banyak mineral yaitu potassium, magnesium, dan pospor. Mineral
magnesium disini berperan untuk melancarkan aliran darah dan menenagkan saraf. pemanfaatan
mentimun dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu dengan
cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui air seni). Menurut Wijayanti, S dkk 2012, buah papaya yang di olah menjadi teh
akar papaya yang dapat dijadikan suatu perlindungan atau peningkatan
penyembuhan bagi penyakit hipertensi.
BAB
III
KESIMPULAN
Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri. Selain itu obat tradisional mudah didapatkan di pekarangan rumah dan harga ekonomis. Adapun beberapa kelemahan obat tradisional antara lain efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
Ketepatan itu menyangkut tepat dosis, cara dan waktu penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai dengan indikasi penggunaannya. Sebaliknya obat tradisional dapat berbahaya bagi kesehatan bila kurang tepat penggunaannya (baik cara, takaran, waktu maupun pemilihan bahan ramuan) atau memang sengaja disalahgunakan. Oleh karena itu diperlukan informasi yang lengkap tentang obat tradisional, untuk menghindari hal-hal yang merugikan bagi kesehatan.
Ketepatan itu menyangkut tepat dosis, cara dan waktu penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai dengan indikasi penggunaannya. Sebaliknya obat tradisional dapat berbahaya bagi kesehatan bila kurang tepat penggunaannya (baik cara, takaran, waktu maupun pemilihan bahan ramuan) atau memang sengaja disalahgunakan. Oleh karena itu diperlukan informasi yang lengkap tentang obat tradisional, untuk menghindari hal-hal yang merugikan bagi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI.
(2007). Lampiran Keputusan Mentri Kesehatan Nomor : 381/Menkes/ SK/III/2007
mengenai Kebijakan Obat Tradisional Nasional Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Smeltzer, C. S & Bare, G. B. (2001).
Buku Ajar Keperawatan Medical Medah edisi 8. Jakarta. EGC
WHO,
2003, Traditional Medicine, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/,diakses
Januari 2006.
Wijayanti, S., Syahri, R., Arif, W
(2012). PKM “Teh Akar Papaya Sebagai Obat Alternatif Tradisional Hipertensi”. PKM-GT. Universitas Bina Darma Pelembang.
Wiryowidagdo, S & Sitanggang, M. (2002).
Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta: PT
Argomedia Pustaka
No comments:
Post a Comment