Tuesday 24 April 2012

Konsep Sehat Sakit

Pada masa lalu, definisi sehat dan sakit sangat sederhana. Sehat digambarkan sebagai keadaan dimana tidak ada sakit penyakit. Definisi tersebut kemudian terus berkembang sejalan dengan pemahaman tentang konsep manusia. Sehat tidak hanya digambarkan sebagai keadaan bebas dari penyakit, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana seseorang mengisi kehidupannya atau kualitas hidupnya, ada tidaknya otonomi, kasih sayang, jaringan sosial, keberadaan dan kemandirian. Faktor psikososial dan fungsional mempengaruhi penilaian akan status sehat sakit individu. Dalam arti yang luas, sehat adalah suatu keadaan yang dinamis di mana individu menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal untuk mempertahankan keadaan kesehatannya (Potter dan Perry, 1997). Lingkungan senantiasa berubah oleh sebab itu individu harus mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut dalam upaya mempertahankan kesehatannya. Perawat dapat memiliki definisi sehat berbeda-beda. Perhatikan teori-teori keperawatan, khususnya bagaimana definisi tentang sehat, tiap teori memberikan definisi yang berbeda. Definisi sehat yang dianut menjadi pegangan dalam memberikan asuhan keperawatan. Berikut adalah beberapa model konsep sehat-sakit. Model ini dikembangkan untuk memudahkan perawat dalam menganalisa keadaan sehat dan sakit individu, memahami proses dan perilaku serta keyakinan klien terhadap kesehatan.Kontinuum atau Rentang Sehat Sakit. Menurut Neuman (1990), “sehat dalam suatu rentang adalah tingkat sejahtera klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimun sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total”. Rentang sehat sakit menggambarkan keadaan sehat dan sakit yang dinamis atau berubah-ubah dengan batasan sehat optimal pada satu kutub dan kematian pada kutub yang lain. Menurut model ini sehat adalah keadaan yang dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap perubahan yang ada di lingkungan internal dan eksternal dalam mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual yang sehat. Sakit adalah suatu proses dimana kondisi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Prinsip tindakan dari rentang sehat sakit adalah bergerak menuju sehat optimal. Tetapkan posisi atau status sehat sakit klien pada rentang ini, kemudian bersama-sama dengan klien, perawat menetapkan posisi sehat menuju tingkat sehat optimal. Model ini memiliki kelemahan. Kelemahan model ini adalah model tidak dapat digunakan untuk membandingkan tingkat kesehatan seseorang dengan orang lain. Jadi hanya dapat digunakan untuk membandingkan status kesehatan individu saat ini dengan status kesehatannya di waktu yang sebelumnya.Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi.  Model ini direvisi oleh Dunn (1977). Model ini berorientasi pada upaya memaksimalkan potensi sehat tiap individu. Model ini mencakup kemajuan kearah tingkat fungsi yang lebih tinggi, yang menjadi suatu tantang terbuka dan luas dimana individu mampu hidup dengan potensinya yang paling maksimal..Model sejahtera mengacu pada perubahan perilaku. Menjadi sejahtera adalah proses yang aktif, dimana perawat merawat membantu individu untuk mengubah perilaku yang berpotensi mengancam kesehatannya. Model ini dapat digunakan baik untuk individu, keluarga maupun komunitas.Model Agen, pejamu (host) dan lingkungan.Model ini merupakan hasil kerja kesehatan komunitas yang dilakukan oleh Leavell el al (1965). Kemudian model ini dikembangkan menjadi sebuah model untuk menggambarkan penyebab penyakit pada area kesehatan yang lain.   
  • Agen
    adalah faktor internal dan eksternal yang dapat menyebabkan penyakit. Agen ini dapat bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis atau psikososial. Adanya agen ini tidak berarti individu tersebut sakit, tapi bila individu sakit maka agen ini pasti ada.  
  • Pejamu
    adalah seseorang atau kelompok orang yang rentan terhadap penyakit atau sakit tertentu. Faktor penjamu meliputi situasi atau kondisi fisik atau psikososial yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang yang berisiko menjadi sakit.  
  • Lingkungan
    merupakan faktor yang ada di luar pejamu. Lingkungan fisik dapat berupa tingkat ekomoni, iklim, kondisi tempat tinggal atau kerja, dan lain-lain. Lingkungan sosial dapat berupa konflik dengan orang lain, kesulitan ekonomi, stress, krisis kehidupan dan lain-lain.  
Interaksi yang dinamis antara ketiganya menentukan status kesehatan seseorang. Jadi terjadinya penyakit bukan karena faktor agen saja, melainkan interaksi antara agen, pejamu dan lingkungan. Model Keyakinan dan Kesehatan.Model ini dikembangkan oleh Rosenstoch (1974) dan Becker & Maiman (1975). Menurut model ini menggambarkan hubungan keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkannya. Dengan model ini memberikan cara memahami dan memperkirakan bagaimana klien akan berperilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.  Model ini memberi 3 langkah:  
  • Persepsi individu akan kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit. Persepsi ini lahir dari analisa terhadap riwayat kesehatan keluarga.
     
  • Persepsi individu tentang seberapa serius penyakit tertentu. Persepsi ini dipengaruhi oleh komponen demografi, sosiopsikologis atau perasaan terancam oleh penyakit, info dari media
     
  • Persepsi tentang manfaat mengambil tindakan preventif. Tindakan ini dapat berupa perubahan perilaku atau 
    gaya hidup, mencari pengobatan medis atau kepatuhan akan terapi .
Model Peningkatan Kesehatan.Model ini dikemukakan oleh Pender (1982). Model ini berfokus pada partisipasi klien dalam meningkatkan kesehatan. Model ini berfokus pada 3 bagaian. Bagian pertama  adalah bagian yang mengidentifikasi faktor demografi dan sosial yang dapat meningkatkan atau menurunkan partisipasi untuk meningkatkan kesehatan. Faktor kedua adalah faktor persepsi kognitif yang menjelaskan bagian ketiga yaitu keterlibatan klien dalam meningkatkan kesehatannya. Model ini tidak dapat digunakan untuk keluarga dan komunitas.Faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan dan praktik kesehatan Faktor risiko adalah situasi, kebiasaan, kondisi lingkungan , kondisi fisik, atau variabel lain yang dapat meningkatkan kerentanan individu atau kelompok terhadap penyakit atau kecelakaan. Memiliki faktor risiko bukan berarti bahwa suatu penyakit berkembang dalam diri seseorang melainkan meningkatkan peluang individu tersebut untuk mengalami penyakit tertentu. Faktor tersebut adalah faktor genetik dan fisiologis, lingkungan, usia dan gaya hidup. Sakit dan Perilaku Sakit“Sakit bukan hanya keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit melainkan suatu keadaan  di mana fungsi fisik, emosi, intelektual, sosial, perkembangan, atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Seseorang yang sedang sakit umumnya memperlihatkan perilakuk sakit. Perilaku ini mencakup cara seseorang memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialaminya, melakukan upaya penyembuhan dan menggunakan sistem pelayanan kesehatan” (Potter dan Perry 1997).  Tahap Perilaku Sakit.           Tahapan perilaku sakit secara umum ada 5 tahap, namun individu karena penyakit tertentu tidak selalu melewati kelima tahap tersebut. Begitu pula dengan waktu, lamanya individu melewati tiap tahap berbeda-beda. Tahap 1: Mengalami gejalaAdanya gejala: mengakui ada gejala seriusMenyangkal, membiarkan gejala Tahap 2: Asumsi tentang peran sakit. Gejala ada dan berlanjut, mengakui sakit, mengambil peran sakit seperti istirahat atau melepas peran sosial, mencari konfirmasi penyakit ke teman atau keluarga, kelompok juga mengenali adanya kondisi sakit sehingga memberi dukungan dan mendukung secara emosi. Asumsi adanya penyakit kadang menimbulkan perubahan emosional, depresi, menarik diri dan perubahan fisik. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan sederhana sampai kompleks. Tahap ini individu mencari pengobatan sendiri. Namun bila berkembang dan berpotensi membahayakan kesejahteraan maka individu akan masuk pada tahap ke 3. Tahap 3: Kontak dengan pelayanan kesehatan. Gejala menetap atau bertambah, memerlukan kepastian akan penyakit yang diderita, dan dampak penyakit akan kesehatannya dimasa yang akan datang. Individu akan mulai berkonsultasi dengan satu atau lebih tenaga ahli, bila telah merasa yakin dan percaya pada yankes, individu akan mulai memutuskan melakukan pengobatan. Tahap 4: Peran dependen. Setelah menerima keadaan penyakit, individu menjalani tahap bergantung pada pemberi pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakitnnya. Individu menerima perawatan dan bergantung pada pihak rumah sakit atau orang lain baik di rumah sakit, di rumah atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Secara sosial Individu dengan peran dependen akan dibebaskan dari kewajiban normalnya. Semakin berat penyakit, maka semakin dibebaskan dari tanggungjawabnya. Peran dependen ini mengharuskan individu beradaptasi dengan perubahan kegiatannya sehari-hari. Perubahan ini akan mempengaruhi peran sosialnya di masyarakat dan keluarga serta di tempatnya bekerja. Tahap 5: Pemulihan dan rehabilitasi. Bila proses penyembuhan terjadi dengan cepat maka semakin tinggi individu mencapai keadaan optimalnya. Dampak Sakit pada Klien dan Keluarga.           Sakit adalah salah satu pengalaman kehidupan. Individu dan keluarga berespon secara khusus terhadap keadaan sakit secara unik, dalam arti tidak ada respon yang sama. Hal yang umum terjadi adalah adanya perubahan perilaku, sikap, emosi, perubahan peran. Kadangkala sakit juga berpengaruh pula pada konsep diri, citra atau gambaran diri.


No comments:

Post a Comment